Takbiran : Dalil dan Tradisi Takbiran Idul Fitri

Judul :Takbiran : Dalil dan Tradisi Takbiran Idul Fitri. Label: , .
Takbiran : Dalil dan Tradisi. Dahulu pada saat masa kecil , takbiran adalah salah satu tradisi yang kami nanti-nantikan karena kami semua bergembira , turun ke jalan , bertakbir membawa obor muter kampung bahkan ada yang membawa kendaraan memutari kota sambil bertakbir. Meski rasa gembira itu sekarang berubah menjadi rasa syukur karena sudah semakin paham akan makna takbir idul fitri namun tetaplah kenangan kebahagiaan akan menyambut idul fitri dengan takbiran adalah salah satu memory terindah yang senantiasa hingga dalam batin kami , para muslimin hamba Allah.

Untuk yang sudah lupa ataupun yang belum paham tatacara sholat id silahkan ikutin link berikut ini , Panduan lengkap tatacara sholat idul fitri.

Berikut ini kami sajikan makna takbiran idul fitri dari sudut dalil dan tradisi yang ada budaya kita:

Takbiran idul fitri

Takbiran idul fitri dimulai sejak maghrib pada malam 1 syawal hingga selesai shalat ‘id.



Dalil-dalil yang mendasari adalah :
1. Allah berfirman, yang artinya : “…hendaklah kamu mencukupkan bilangannya ( puasa ) dan hendaklah kamu mengagungkan allah ( bertakbir ) atas petunjuk-nya yang dianugrahkan kepadamu. ” ( qs. al baqarah : 185 )

Ayat ini menjelaskan bahwasanya pada saat orang telah selesai menunaikan ibadah puasa di bulan penuh berkah , bln.ramadlan maka disyariatkan untuk mengagungkan Allah dengan bertakbir.

2. Ibn abi syaibah meriwayatkan bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari kediaman beliau dan menuju lapangan kemudian beliau bertakbir sampai tiba di lapangan. beliau terus bertakbir hingga sahalat selesai. Sesudah menyelesaikan shalat, beliau menghentikan takbir. ( hr. ibn abi syaibah dalam al mushannaf 5621 )

Penjelasan:

1. Takbiran idul fitri dapat dikerjakan di mana saja dan setiap waktu. artinya tidak wajib di masjid.

2. Sangat dianjurkan memperbanyak takbir sewaktu menuju lapangan. Sebab ini adalah kebiasaan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Dan dalilnya adalah:

  • Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari kediamannya menuju lapangan kemudian beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. beliau tetap terus bertakbir sampai sahalat selesai. Setelah menyelesaikan shalat, beliau menghentikan takbir. ( hr. ibn abi syaibah dalam al mushannaf )
  • Dari nafi : “dulu ibn umar bertakbir pada hari id ( saat keluar rumah ) sampai beliau tiba di lapangan. beliau tetap terus melanjutkan takbir hingga imam datang. ” ( hr. al faryabi dalam ahkam al idain )
  • Dari muhammad bin ibrahim ( seorang tabi’in ), beliau mengatakan : “dulu abu qotadah berangkat menuju lapangan pada hari raya kemudian bertakbir. beliau terus bertakbir sampai tiba di lapangan. ” ( al faryabi dalam ahkam al idain )


Tradisi yang salah pada saat takbiran

Ada beberapa kebiasaan atau tradisi yang salah ketika melakukan takbiran di hari raya, diantaranya adalah:

a. Takbir berjamaah di masjid atau di lapangan

Sebab takbir yang sunnah itu dikerjakan sendiri-sendiri dan tidak dikomando. sebagaimana disebutkan didalam riwayat anas bin malik bahwa para sahabat saat bersama dengan nabi pada waktu bertakbir, ada yang sedang membaca allahu akbar, ada yang membaca laa ilaaha illa allah, dan satu sama lain tidak saling menyalahkan… ( musnad imam syafi’i 909 )

Riwayat ini menunjukkan bahwa takbirnya para sahabat tidak seragam. Karena mereka bertakbir sendiri-sendiri dan tidak berjamaah.

b. Takbir menggunakan pengeras suara

Perlu dipahami bahwa cara menjalankan takbir hari raya tidak sama dengan cara melaksanakan adzan. Dalam syariat adzan, seseorang dianjurkan untuk melantangkan suaranya sekeras mungkin. Oleh sebab itu, para juru adzan di zaman nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti bilal, dan abdullah bin umi maktum saat akan adzan mereka naik, mencari tempat yang tinggi,  tujuannya adalah supaya adzan didengar oleh banyak orang. Akan tetapi pada saat melakukan takbir hari raya, tidak ada satupun riwayat bahwa bilal naik mencari tempat yang tinggi dalam rangka melakukan takbiran. Walau demikian, beliau melakukan takbiran di bawah dengan suara keras yang  sebatas didengar oleh sebagian orang di sekitarnya saja.

Oleh sebab itu, sebaiknya lakukan takbir hari raya tidak sebagaimana adzan, sebab dua syariat ini adalah syariat yang berlainan.

c. Hanya bertakbir tiap-tiap selesai shalat berjamaah

Sebagaimana telah diterangkan bahwasanya takbiran itu ada dua. Ada yang terikat waktu dan ada yang sifatnya mutlak ( tidak terikat waktu ), untuk takbiran yang mutlak sebaiknya tidak dikerjakan setiap selesai shalat fardlu saja. Namun yang sunnah dikerjakan setiap waktu, kapan saja dan dimana saja.

Ibnul mulaqin menyebutkan : “takbiran sesudah shalat wajib dan yang lainnya, untuk takbiran idul fitri maka tidak dianjurkan untuk dikerjakan setelah shalat, menurut pendapat yang lebih kuat. ” ( al i’lam bi fawaid umadatil ahkam : 4/259 )

Amal yang disyariatkan saat selesai shalat jamaah adalah berdzikir sebagaimana dzikir sesudah shalat , bukan hanya melantunkan takbir. Waktu melantunkan takbir cukup longgar, bisa dilakukan kapanpun selama hari raya. Oleh karena itu, tidak selayaknya menyita waktu yang digunakan untuk berdzikir setelah shalat.

d. Tidak bertakbir saat dalam perjalanan menuju lapangan

Sebagaimana riwayat yang telah disebutkan diatas, bahwa takbir yang sunnah itu dikerjakan saat di perjalanan menuju tempat shalat hari raya. Namun sayang sunnah ini nyaris hilang, mengingat banyaknya orang yang meninggalkannya.

e. Bertakbir dengan lafadz yang terlalu panjang

Sebagian pemimpin takbir sesekali melantunkan takbir dengan bacaan yang sangat panjang. Berikut lafadznya :


الله أكبر كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ…

Takbiran dengan lafadz yang panjang di atas tidak ada dalilnya. Allahu a’lam. ( Dari berbagai sumber)

Jika artikel Takbiran : Dalil dan Tradisi ini bermanfaat , silahkan di SHARE dan di LIKE agar bermanfaat bagi orang lain.

Langganan via email

Enter your email address: